Timbulnya
konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari
adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Suatu pemahaman
akan konsep dan dinamika konflik lebih menjadi bagian vital dalam studi
perilaku organisasional, oleh karena itu perlu untuk dipahami dengan baik.
Pada
hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok
atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi,
atau dapat dikatakan juga bahwa konflik adalah segala macam interaksi
pertentangan atau antogonistik antara dua atau lebih pihak yang terkait.
Adapun
mengenai jenis-jenis konflik, ada beberapa orang yang mengelompokkan konflik
menjadi sebagai berikut:
1.Konflik peranan yang terjadi di dalam diri
seseorang (person role conflict).
2. Konflik antar peranan (inter-role
conflict), yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat dua atau lebih
fungsi yang saling bertentangan.
3.Konflik yang timbul karena seseorang harus
memenuhi harapan beberapa orang (intersender conflict).
4.Konflik yang timbul karena disampaikan
informasi yang saling bertentangan (interasender conflict).
Jenis
dan sumber konflik
1
. Konflik menyangkut informasi
Pada banyak kejadian, pihak-pihak
yang berkonflik tidak memiliki informasi yang cukup, atau bahkan tidak meiliki
informasi yang sama tentang suatu situasi. Mengumpulkan dan mengklarifikasikan
fakta-fakta yang diperlukan dapat menolong meredakan ketegangan yang terjadi.dalam
situasi berbeda,pihak-pihak yang bertikai menafsirkan informasi dengan cara
yang berlainan atau memberikan bobot kepentigan yang berbeda terhadap informasi
yang sama. Diskusi yang terbuka dan masukan dari pihak yang dapat dipercaya
akan membantu dalam menilai relevansi dari informasi yang tersedia.
2.
Konflik menyangkut Sumberdaya
Konflik menyangkut berbagai
sumberdaya seperti tanah, uang atau benda lain biasanya mudah diidentifikasikan
dan sering diselesaikan lewat jalan tawar-menawar / negosiasi. Namun,
kadang-kadang walaupun dipermukaan pihak-pihak yang berkonflik seolah saling
mempertikaikan sumberdaya tertentu, tetapi sesungguhnya konflik itu menyangkut
suatu perkara lain, mungkin tentang relasi atau kebutuhan psikologis salah satu
atau kedua belah pihak
3.
Konflik tentang Relasi
Dalam hubungan keluarga, kemitraan
bisnis atau organisasi kemasyarakatan, orang sering berselisih pendapat tentang
berbagai perkara, tetapi kadang-kadang saling ketergantungan yang tercipta oleh
relasi mereka itu melahirkan dimensi destruktif pada aneka perbedaan yang
terjadi yang semestinya mudah diselesaikan. Berbagai kejadian dimasa lampau
atau kesan dan prasangka yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun dapat
membuat orang menjadi sangat kaku atau tidak mau mencoba menempuh solusi yang
sangat jelas yang berkaitan dengan tujuan, peranan, tangung jawab, dan
perbedaan pandangan yang ada.
4.
Konflik menyangkut Kepentingan atau Kebutuhan
Aneka kebutuhan manusiawi yang
penting dan kuat seperti kebutuhan akan jati diri, harga diri, atau partisipasi
seringkali menjadi inti konflik yang di permukaan terkesan seperti persaingan
menyangkut benda-benda materi belaka. Kesempatan yang konstruktif bagi individu
atau kelompok masyarakat untuk mengungkapkan aneka kebutuhan mereka dan
merasakan bahwa diri mereka telah didengarkan seringkali amat menentukan dalam
mengatasi jenis-jenis kebutuhan ini. Pemecahan jangka panjang terhadap suatu
konflik yang berkisar pada sumberdaya seringkali ditentukan baik oleh penguasa
aneka kepentingan atau kebutuhan orang-oarang yang terlibat maupun oleh
pembagian berbagai sumberdaya tersebut secara adil.
5.
Konflik Menyangkut Struktur
Struktur kemasyarakatan dan
organisasi menentukan siapa yang memiliki akses pada kekuasaan atau sumberdaya,
siapa yang wajib memberi hormat kepada siapa, dan siapa yang memiliki wewenang
untuk membuat berbagai keputusan. Konflik menyangkut atau di dalam struktur
seringkali melibatkan persoalan tentang keadilan dan tujuan-tujuan yang saling
tidak sejalan. Konflik-konflik semacam itu seringkali menuntut usaha
bertahun-tahun untuk menghasilkan perubahan yang konstruktif.
6.
Konflik Menyangkut Nilai-Nilai Hidup
Berbagai nilai hidup dan keyakinan
dibentuk oleh pengalaman hidup dan iman kepercayaan. Karena ancaman terhadap
nilai hidup seseorang seringkali dipandang sebagai ancaman terhadap jati
dirinya, maka konflik-konflik menyangkut nilai-nilai hidup biasanya paling
sulit dipecahkan. Kebanyakan orang bereaksi secara defensif terhadap ancaman
semacam ini dan menolak untuk bernegosiasi, mengira bahwa pemecahan konflik
tersebut menuntut mereka untuk mengubah nilai-nilai hidup. Dalam kenyataan,
dengan memberi kesempatan kepada orang yang bertikai untuk menjernihkan nilai-nilai
hidup mereka dan merasa bahwa mereka telah didengarkan serta dipahami
seringkali langkah itu dapat membuat mereka meniggalkan sikap defensif dan
belajar hidup bersama dengan saling menerima berbagai perbedaan yang ada di
antara mereka.
sumber :
http://gustihidayatullah.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar